Thursday 5 March 2015

Ciri-ciri Krim Pemutih Wajah Mengandung Merkuri Berbahaya

Pemutih wajah merupakan salah satu produk kosmetik yang paling dicari oleh kaum wanita. Banyak wanita yang berpendapat bahwa putih itu cantik, maka mereka melakukan apapun demi memutihkan kulit wajahnya. Salah satunya dengan menggunakan produk pemutih. Akan tetapi, kebanyakan orang-orang tak berpikir panjang mengenai efek dari produk pemutih tersebut. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana memutihkan wajah dengan cepat dan instan, meskipun dengan krim pemutih wajah yang harganya mahal.


Yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah banyaknya produk pemutih wajah yang menggunakan bahan merkuri untuk memutihkan wajah secara cepat. Padahal, penggunaan merkuri sendiri bisa menimbulkan banyak efek negatif bagi kesehatan, selain bisa menimbulkan kerusakan pada lapisan secara permanen, gagal ginjal, kerusakan sistem syaraf, kerusakan otak bahkan paling parahnya bisa menyebabkan penyakitkanker.
Lalu, bagaimanakah caranya mengetahui apakah krim pemutih wajah aman digunakan? Ini dia ciri-cirinya:
1. Warna krim mengkilat
Jika Anda menemukan sebuah produk krim pemutih yang berwarna mencolok, sebaiknya urungkan niat Anda untuk membeli. Jangan membeli produk krim pemutih yang warnanya mengkilap seperti mutiara. Karena biasanya warna mencolok pada produk kosmetik menggunakan pewarna yang berbahaya atau pewarna tekstil.
2. Tidak ada legalitas dari BPOM
Ciri yang kedua adalah tidak adanya legalitas dari BPOM. Jadi, sebelum membeli produk sebaiknya cek terlebih dahulu legalitas dari BPOM. Jika tidak ada, maka produk tersebut tidak terjamin keamanannya. Selain itu, Anda juga harus lebih teliti melakukan pengecekan BPOM yaitu dengan mengecek secara langsung nomor legalitas dari situs resmi BPOM.
3. Bau yang menyengat
Jika Anda mencium bau aroma yang menyengat sebaiknya hentikan niat Anda untuk membeli produk pemutih wajah tersebut. Karena biasanya para produsen sengaja memberikan aroma parfum pada produk untuk menyamarkan bau logam yang terdapat pada produk tersebut.
4. Kulit menjadi memerah saat terkena sinar matahari
Biasanya kulit akan tetap memiliki warna natural saat terkena matahari hal ini karena kulit memiliki perlindungan secara alami. Namun, jika kulit wajah Anda memerah saat terkena paparan matahari secara langsung, maka kemungkinan lapisan kulit pada wajah Anda mengalami kerusakan.
5. Lengket
Umumnya jika produk krim pemutih berbahaya ketika digunakan akan lengket karena tercampur dengan bedak, dan juga akan kasar ketika digunakan.
6. Wajah menjadi perih saat memakai krim
Nah, jika wajah Anda terasa perih dan panas ketika memakai krim pemutih wajah sebaiknya segera hentikan penggunaan krim tersebut. Karena biasanya krim yang mengandung bahan-bahan berbahaya akan menimbulkan efek negatif bagi wajah, seperti rasa terbakar, perih, merah-merah, dan sebagainya.
Nah, itulah ciri-ciri krim pemutih wajah yang mengandung merkuri berbahaya bagi kulit. Sebaiknya perhatikan produk sebelum Anda mengaplikasikannya untuk wajah Anda!

Cara membuat Lip tint/ Lip stain sendiri

Banyak wanita menggemari liptint karena hasilnya yang terlihat natural pada bibir. Jika kamu adalah salah satu diantaranya, maka kamu harus mencoba cara membuatnya yang tidak memakan waktu dan sangat mudah dilakukan. Dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan berikut ini, kamu bisa membuat liptint sendiri di rumah.
Bahan dan alat yang perlu kamu siapkan:
  1. Bahan dasar yang bisa digunakan antara lain Petroleum Jelly, lip butter, beeswax, olive oil atau bisa juga menggunakan lipbalm yang sudah kamu miliki.
  2. Pigment yang digunakan adalah pewarna makanan yang mudah ditemukan. Kamu bisa menggunakan warna merah, orange, ungu, atau mencampurnya sesuai keinginan. Pilihlah yang berkualitas bagus dan memiliki label BPOM.
  3. Madu bisa kamu tambahkan untuk memberikan rasa, dan kelembaban alami pada bibir.
  4. Siapkan jar atau cawan kecil untuk tempat mencampur bahan-bahan. Untuk pengaduk kamu bisa menggunakan stick es krim, atau cotton bud. Siapkan juga wadah yang memiliki tutup untuk menyimpan liptint yang sudah jadi. Sebelumnya pastikan alat-alat yang kamu gunakan dalam keadaan bersih. 

Cara membuat:
  • Campurkan bahan dasar, pewarna makanan dan madu dalam cawan kemudian aduk hingga merata.
  • Cobalah oleskan pada tangan untuk melihat swatch warnanya, jika ingin warna yang lebih intens, tambahkan lagi beberapa tetes pewarna. Atau tambahkan bahan dasarnya lagi jika menginginkan warna yang sheer.
  • Kamu juga bisa mengatur tekstur kekentalannya dengan  menambahkan madu.
Karena tidak menggunakan pengawet tambahan, homemade liptint tidak bisa kamu simpan dalam waktu yang lama. Karena itu, lebih baik membuatnya dalam takaran yang tidak terlalu banyak. Selain itu, kamu juga akan bisa bereksperimen dengan membuat berbagai warna lain dengan intensitas yang berbeda. Liptint ini juga bisa kamu gunakan sebagai pengganti blush on.

Selamat mencobanya dirumah!

Cerpen; PEMBERANI DALAM KALENG

aku menatap layar komputerku kosong, entah apa yang harus aku perbuat dengan proyek kerja yang menggantung ini. sebenarnya bagian ini bukan bagian yang seharusnya aku kerjakan. ini adalah bagian salah seorang teman kerjaku yang saat ini sedang ngambekpadaku. 
semuanya bermula ketika kami merayakan proyek iklan baru kami yg kami peroleh dari sebuah perusahaan besar di indonesia. kami merayakannya di sebuah restoran sunda tidak jauh dari kantor kami. saat itu aku aku secara tidak sengaja mengatakan hal yang seharusnya aku simpan rapat-rapat. mengenai sahabatku yang ku kenal sejak kami SMP, namanya ophellia aku biasa memanggilnya Ellie.
saat itu aku tidak sengaja menyebutkan tentang hubungan rahasia Ellie dengan sahabat kakak lelakinya Atran. atran juga merupakan salah satu rekan kerjaku di kantor, sama seperti Ellie. Atran sangat marah mendengar adik kesayangannya sembunyi2 menjalin hubungan dengan sahabat dekatnya Dylan. 
Atran adalah tipe kakak yang siscon alias sister compleks. atran tidak ingin adiknya dimiliki oleh pria lain selain dirinya. saat itu Atran marah besar dan membuat suasana perayaan kami benar2 kacau kemudian menyeret Ellie pulang dengan paksa. aku benar2 sangat terkejut dengan efek yang ditimbulkan  ucapanku. teman kerjaku yang lain mencoba menghiburku dengan mengatakan bahwa kejadian ini bukan salahku, diam-diam aku menyalahkan Ellie dan dylan atas kecerobohanku ini.
'siapa suruh mereka berhubungan seperti itu, dylann seharusnya jangan berhubungan dengan ellie jika dia terlalu pengecut untuk memberitahu Atran, benar, bukan salahku' kurang lebih seperti itulah pikirku saat itu.
Sejak saat itu Ellie tidak pernah datang ke kantor. aku bahkan terlalu takut menghubunginya untuk sekedar memberikan jatah kerja bagiannya. padahal dia sangat cocok untuk bagian pembuatan konsep iklan yang akan tim kerjaku buat, karena Ellie adalah orang yang sangat kreatif.
ditengah keputus asaanku aku ingat sesuatu di rumahku di kampung halaman yang dapat membantuku dalam menyelesaikan pekerjaan bagian Ellie. sore itu juga aku membeli tiket pesawat untuk pulang ke kampung halamanku. kampung halaman dimana aku, Atran, Ellie dan dylan tumbuh bersama.
aku tiba d rumahku pukul 5 sore. aku d sambut dengan keluargaku dengan jamuan hangat. di malam hari aku mencoba mencari buku yang menjadi inspirasi untuk mempermudah pekerjaanku. buku itu berisi sebuah dongeng tentang dongeng seekor paus. aku membuka lembar demi lembarnya membawaku ke nostalgia masa lalu. dulu sekali saat ellie mngungkapkan perasaannya padaku, ingin aku menerima cintanya saat itu, namun aku terlalu pengecut untuk berurusan dengan kakak lelakinya, Atran. penyesalan mulai kembali menghinggapiku. apalagi saat sekarang ellie berhubungan dengan Dylan. saat itu aku merasa diantara kami berempat aku lah yang paling berani karena berani enolak Ellie demi persahabatanku dengan Atran. tapi nyatanya sekarang akulah yang sangat pengecut dengan berusaha membela diri setelah kesalahan yang kubuat.

aku hendak memasukan buku dongeng itu kedalam tasku saat secarik kertas jatuh dari sela halaman buku. aku membuka lipatan kertas itu dan menemukan sebuah coret-coretan yang menyerupai sebuah peta. aku tidak ingat menyimpan sesuatu di buku itu, hingga aku putuskan untuk menemukan apa yang di tunjukan peta itu besok pagi sebelum kembali ke kota tempatku bekerja.

paginya aku mencoba mencari apa yang peta itu tunjukan, peta itu menuju sebuah taman, tepatnya di bawah sebuah pohon di taman itu. aku mengambil sekop dan mulai menggali di bawahnya dan menemukan sebuah kaleng biskuit usang. aku membuka kaleng tersebut dan menemukan sebuah action figure GUNDAM WING dengan bagian lengan dan kepala yang patah. aku terkejut melihatnya. memoriku kembali terbuka memutar deretan kenangan yang sempat terlupakan saat awal aku memasuki SMP.

Aku merusak sebuah action figure milik Atran. aku menangis sangat takut membayangkan apa yang akan atran lakukan padaku apabila ia mengetahui hal ini. saat itu juga Ellie datang padaku. aku sangat takut Ellie akan melaporkan kejadian ini pada Atran.

'"jangan takut, aku ga akan bilang sama atran lho Zaki" ucap ellie sambil menepuk-nepuk bahuku memcoba menghentikan tangisanku
"aku takut atran marah ellie, ini kan mainan kesayangan Atran" ucapku diiringi isak tangis.
"tidak apa-apa, ayo kita sembunyikan ini sama sama dan pura2 tidak tahu apa2" usul ellie. aku hanya mengangguk menuruti rencana Ellie. menyembunyikan action figure itu dalam kaleng biskuit dan menguburnya. kemudian membuat peta sebagai pengingat bahwa ini adalah rahasia yang hanya kita bagi berdua.
"jangan khawatir Zaki. kalo ketahuan aku juga akan dimarahi Atran karena mengubur mainannya. jadi kamu ga sendirian. kita melakukannya sama-sama maka kita akan tanggung jawab sama2"

itulah kalimat terakhir Ellie mengenai kejadian itu, hingga sekarang kami tidak pernah membahasnya lagi. tanpa sadar aku merasakan mataku memanas dan pandangan semakin kabur, tetesan air mata jatuh d tanah lembab tempatku menggali. aku tertawa miris dan bergumam.

"ternyata memang kamu Ellie yang paling berani diantara kita berempat"

*******
hal pertama yang aku lakukan ketika sampai di kota adalah pergi menemui Ellie dan atran, mereka tinggal bersama dalam sebuah apartemen tidak jauh dari kantor. aku tiba di apartemen Ellie dan Ellie membukakan pintu untukku. Ellie menyapaku ramah seperti tidak terjadi apa2. aku melihat ada dylan sedang bermain XBOX dengan Atran. wajah mereka lebam-lebam di beberapa tempat. tapi mereka bermain sangat akrab, bahkan lebih akrab dari sebelumnya.

"mereka kenapa?" tanyaku pada ellie
"mereka bertengkar pagi tadi soal hubunganku sama dylan" jawab ellie
"maaf ya. gara-gara aku" ujarku
"hmmm, gak kok. aku justru berterima kasih karena kalau kamu ga bilang sama Atran mungkin aku ga akan pernah berani bilang" ucap ellie kemudian tersenyum hangat padaku "sejak kecil kamu memang yang paling berani di antara kita berempat"
"ahhh, bukan bukan, kamulah yang paling berani diantara kita berempat" ujarku, kemudian menyodorkan peta yang aku temukan dalam lembaran buku. ellie terkejut melihat peta itu kemudian tertawa kecil.
"seharusnya kita percaya sama Atran, dia ga akan meninggalkan sahabatnya" ucap elie sembari memandang lembut kakak lelakinya yang sibuk dengan gamenya.

"oi zaki! mau sampe kapan berdiri disitu? ayo mainn!"teriak atran padaku 
"jangan menantang orang yang ga akan bisa kamu kalahkan Atran" ucapku kemudian bergabung dengan ATran dan dylan.








()ancur gilaaaaaa  gpp laaahhh, happy reading z buat yang mau baca.

Cerpen; teman masa kecil

Namaku Ariya, sekarang aku kuliah di sebuah universitas swasta di ibu kota. Aku punya seorang teman, kami berteman jauh sebelum kami sama2 masuk TK, nama temanku Rossa, orang sekelilingnya biasa memanggilnya Ocha, begitupun denganku. Kami sangat dekat, keluarga kami pun dekat. Kami selalu masuk ke sekolah yang sama sejak TK hingga perguruan tinggi sekarang. Meskipun jurusan yang kami ambil berbeda. Di waktu senggang Ocha mengikuti ajang modeling hingga sekarang cukup terkenal di kalangan cowok-cowok kampus. Memang sih, wajahnya tidak terlalu cantik tapi cukup manis untukku, rambut panjang bergelombang di bagian bawahnya, dan gingsul yang membuatnya menawan saat tersenyum, tubuhnya tinggi dan kulitnya putih. Tapi tidak ada orang yang sempurna, termasuk Ocha....

“Ariyaaaaa...” suara yang sangat familiar di telingaku, siapa lagi selain sahabatku Ocha. Dengan kebiasaannya memeluk orang. Siapa saja termasuk aku, yg sekarang d peluknya erat sampai sesak rasanya.

“Ocha-ga-bisa-nafas” ucapku sambil membuka mulutku mencoba menghirup oksigen yg hilang entah kemana dari paru-paruku karena serangan mendadak Ocha.

“ariya kenapa baca buku di bawah pohon? Perpus penuh?” tanya Ocha lugu.

“harus berapa juta kali lagi di kasih tau?! Jangan peluk orang begitu. Kita kan udah bukan anak-anak lagi bikin orang mikir yang macam-macam kan” rutukku kesal, yang benar saja, sejauh yang kuingat dia selalu memeluk orang, entah apa yg membuatnya begitu. Dulu aku tidak terganggu, sampai kami berangsur-angsur tumbuh dewasa hal itu bukan hal yang bisa ku tolerir lagi.

“haha kebiasaan” ucapnya sembari tersenyum lebar padaku, membuatnya nampak seperti anak-anak.

“ada apa?” tanyaku dingin.

“Cuma mau nyapa aja, oia Ariya, cewek pake tas abu-abu disana ngeliatin kita kok sinis gitu ya daritadi?” tanya Ocha. Tanyannya menunjuk ke orang yg ia maksud. Pandanganku mengikuti arah yg di tunjukannya. Dan, luar biasa! yg melihat adegan pelukan sialan itu Shari teman satu fakultas ku yang akhir-akhir ini sedang gencarnya aku dekati dan hubungan kami sudah sangat dekat, hanya tinggal menunggu waktu saja sampai aku mengungkapkan perasaanku padanya. Dan bisa di tebak apa yg terjadi selanjutnya. Shari sudah tidak mau bicara lagi denganku.

Kebiasaan Ocha yang suka memeluk itu sungguh menyebalkan. Kejadian dengan Sharii bukan yg pertama terjadi, saat SMA aku pernah di bully oleh anak laki-laki yg diam-diam suka pada Ocha karena kebiasaan Ocha memeluk dimanapun dan kapanpun itu.
Sampai Suatu hari sepulang kegiatan kampus aku pulang mengendarai motorku. Perjalanan menuju tempat kos ku tidak begitu jauh namun melewati tempat yang sepi samping rel kereta api. Aku tidak berfikir macam-macam saat 2 orang dengan sepeda motor mengikutiku dari belakang membuatku menghentikan laju motorku. Pengendara motor itu pun berhenti. Karena suasana yang gelap aku baru sadar bahwa salah satu diantara mereka membawa bat (pemukul bola basseball) siap di ayunkan ke arahku. Sekali, dua kali aku behasil menghindar sampai akhirnya aku di pukuli hingga jatuh tersungkur. Salah satu pukulannya mengenai kepalaku, seketika pandanganku kabur namun sebelum aku hilang kesadaran aku sempat mendengar gumaman mereka.

“ga ada yg boleh dekat-dekat sama Rossa-ku” dan semuanya gelap sekarang

Aku terbangun d rumah sakit, mendengar suara oranngtua ku bicara dengan beberapa orang polisi. Dari pembicaraan mereka aku tahu kalau yang melakukan pemukulan padaku adalah fans dari Rossa. Mereka mengikuti Rossa kemanapun diam-diam.

“sudah cukup” batinku. “ini sudah keterlaluan, mungkin kami berteman baik dan sangat cocok bersahabat sejak kecil, namun tidak begitu saat kita sudah dewasa, aku akan lakukan sesuatu, apapun, meski harus memutuskan persahabatanku”

Dan disinilah aku. Di sebuah taman bersama sahabat masa kecilku yang sebentar lagi akan menjadi bukan siapa-siapaku. Ocha menaiki sebuah ayunan sambil menikmati es krim nya. Aku berdiri d dekatnya bersiap mengatakan yang ku fikir yang terbaik untuk kami berdua.

“jadii,,,?! Apa yang mau di omongin?” tanya Ocha tubuhnya mengayun pelan di ayunan. Tatapannya masih tertuju ke es krim stroberi nya.

“Cha, Gue  rasa kita ga usah ketemu lagi” ucapku dingin. Ocha menatapku terkejut.

“Ariya masih marah soal Stalker itu?” tanyanya. Kini dia berhenti berayun, menatapku bingung.

“bukan Cuma itu, sejak dulu kebiasaan lo tuh ga pernah berubah” aku menarik nafas, bersiap menumpahkan semua yang ku tahan sejak lama. “kebiasaan lo bikin gue frustasi, banyak hal buruk yang terjadi gara-gara
kebiasaan aneh lo itu. Cewe yg gue suka jadi acuh sama gue, gue d bully waktu SMA sama fans-fans lo, dan kmaren gue masuk rumah sakit gara-gara stalker lo itu. Buat gue ini bukan hal yang bisa gue sabarin lagi”

“maaf ya Ariya, Ocha ga tau. Tapi Ocha sayang sama Ariya” Ocha berhenti sejenak, matanya menatap es krim yg meleleh ke jarinya mencoba menahan isaknya. “Ariya teman pertama Ocha” ucapan sederhana, sangat sederhana diucapkan sahabat masa kecilku. Dinding yang susah payah aku buat untuk mengakhiri persahabatan kami runtuh seketika..

“AAAAARGGGHHHH SIAL SIAL SIAL” umpatku frustasi. Tanganku mencengkram kepalaku seolah ia akan pecah kapan saja. Ocha menatapku terkejut.

“lagian, cha.. siapa sih orang bego yang ngajarin lo buat selalu meluk orang begitu?” racau ku. Aku duduk d ayunan samping Ocha yg kini tersenyum padaku dengan sisa airmata yang menetes d pipinya.

Seketika ingatan itu muncul, ingatan yang lama terlupakan saat dimana aku masih kecil, aku bermain di sebuah taman bersama seorang gadis kecil seusiaku aku berburu serangga disana. Aku tidak tau nama gadis itu dan tidak ada satupun anak di lingkungan ku yang mau berteman dengannya, yang ku tahu dia suka berburu serangga, setiap ia berhasil menangkap satu ia akan melukai serangga itu, entah memotong sayapnya atau menghancurkannya dengan batu.

Entah tangkapannya yang ke berapa hari itu ia berhasil menangkap seekor capung, sesaat sebelum dia menarik lepas sayap capung itu aku menghentikannya.

“jangan, kasihan kan dia” ucapku sambil memegang pergelangan tangannya


“kenapa?” tanya gadis itu.

“nanti dia mati”

“memangnya kenapa kalau dia mati? Mati itu gak hidup kan” matanya menatapku sinis.

“hidup itu berharga tau!!” bentakku.

“dia gak berguna, memangnya hidup itu kaya apa?” ucapnya dingin

“hidup itu..” aku berhenti, bingung apa yang harus ku katakan, aku sendiri tidak mengerti “hidup itu seperti iniii”
ucapku spontan memeluknya.

“aku gak ngerti” ucapnya dengan nada datar yang sama

“bagaimana rasanya? Hangat kan?” tanyaku melepaskan pelukanku dan tersenyum padanya

“iyaa. Hangat, menyenangkan” jawabnya dengan tatapan bingung ditujukan padaku.

“nah, itulah hidup, jadi kau harus biarkan dia hidup. Supaya dia bisa memberi kehangatan kepada teman-
temannya yang lain.” Ucapku. Gadis itu menatapku terkejut kemudian menggumamkan sebuah kata.

“teman?” ucapnya. “aku ga punya teman”

“kau ngomong apa? Aku baru saja memelukmu berarti kita teman kan” ucapku sambil mengulurkan tangan ku
“Ariya, namamu?”

“Rossa_umm Ocha” ucapnya riang dia pun tersenyum, senyuman pertamanya yang kulihat. Senyuman yang sama yang kulihat sekarang. Senyuman yang mengembang di Rosa yang sekarang duduk di ayunan di sampingku. Bayangan masalalu seperti film yang diputar itu pun berheti. Membawaku ke masa sekarang, masa dimana hampir aku kehilangan sahabatku.

~~~~~

“K.A.M.U” ucap Ocha seraya menyeka air matanya. “kamu yang ngajarin aku meluk Ariya”

“hahhhh..... ya udah lupain aja gue bilang kek tadi, es krim mu meleleh tuh” ucapku seraya memalingkan wajahku.

“wah iyaaa... sayang banget padahal Ocha baru makan sedikit” keluhnya, tangannya membersihkan lelehan es krim dengan tissue.

“yaudah gue traktir, kita beli yg baru” ucapku seraya bangkit dari ayunan dan berjalan menuju toko es krim terdekat. “cepetan tar gue tinggal nih”

“iya bentar Ariya, pelan-pelan, Ocha pake Wedges tauuu” keluhnya manja, sembari mengejarku.

~the end~

Cerpen; BULAM DALAM AMPLOP

kisah ini mungkin terjadi di lingkungan sekitarmu, atau mungkin di tempat yang sangat jauh.
Kisah ini mungkin sedang dialami oleh teman dekatmu, mungkin juga keluargamu, atau bahkan bisa saja sedang kau alami sendiri.
Ini adalah kisah seorang pemuda, sebut saja namanya Gifar, kau bisa memakai namamu sendiri jika kau mau. Seperti pemuda pada umumnya Gifar disibukan dengan kegiatan belajarnya di sebuah perguruan tinggi swasta. Gifar berasal dari keluarga yang cukup terpandang, ayah dan ibunya jarang berada di rumah. Mereka sering berada di luar kota untuk perjalanan bisnis hingga Gifar saja yang tinggal di rumah berhubung Gifar adalah anak tunggal.
                Dihari yang panas di bulan Oktober, Gifar pulang ke rumah setelah seharian berkutat dengan kegiatan kuliah dan klub memanahnya. ia membuka pintu pagar rumahnya saat tiba-tiba matanya tertuju pada kotak surat, dia melihat sebuah surat dengan amplop berwarna pastel terselip di lubang kotak surat ‘mungkin tagihan’ pikir Gifar. Ia membawa serta surat tersebut ke dalam kamar.
Gifar berbaring di kasurnya sambil memperhatikan Surat yang ia terima. Alamat pengirimnya tampak asing namun ada yang familiar dengan nama si pengirim.
‘Bulan Maharani’ nama yang sudah sangat lama ia lupakan. Nama yang tidak akan pernah ia izinkan lagi masuk ke fikirannya. Nama yang susah payah ia hapus dari hatinya. Gifar hanya memasukan surat itu ke dalam laci meja belajarnya tanpa perlu repot-repot membukanya apalagi membacanya.
Hingga hari demi hari pun Gifar lupa dengan surat itu. Hingga di penghujung Oktober Gifar mendapatkan surat yang hampir sama dengansurat pertama yang ia terima, Amplop berwarna pastel dengan Alamat asing bertuliskan ‘Bulan Maharani’ sebagai nama si pengirim. Hingga ia kembali ingat dengan surat yang dikirim Bulan sebelumnya.

Dikamar Gifar membuka laci meja belajarnya mebuka surat pertama dari Bulan dan membacanya.

Dear Gifar.
Gifar bagaimana kabarmu disana?! Ku harap kau baik-baik saja, setidaknya kondisimu jauh lebih baik dari kondisiku sekarang. Aku berusaha menghubungi ponselmu, dan mengirim e-mail tapi sepertinya kau sudah tidak menggunakan nomor dan alamat e-mail yang dulu. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkanmu surat. Aku selalu ingat kata-katamu dulu, bahwa aku dapat kapan saja menghubungimu saat aku butuh dan itu sangat membuatku senang. Sekarang aku berkuliah di kampus khusus perempuan namun disini kurang begitu baik. Beberapa kali aku mengalami hal yang tidak menyenangkan. Aku menemukan tas ku di buang di tong sampah,dan beberapa teman bahkan mengunciku di gudang semalaman. Aku harap ini tidak berlangsung lama, karena aku tidak mau ibuku tau masalah ini, kau tau ibuku kan?!aku tidak ingin kondisi kesehatannya semakin parah.

Gifar menghela nafas, hatinya bimbang. Dia tau dia membenci Bulan, namun sepertinya sebagian kecil hatinya masih peduli, peduli pada perempuan yang meninggalkannya dulu, mencampakkannya tanpa ampun dan menghianati kebaikan hatinya.
Gifar membaca surat Bulan yang kedua. Tulisannya nampak tidak serapi surat pertama beberapa bagian bahkan agak buram seperti terkena tetesan air. Fikirannya liar, banyak spekulasi negatif berkelebatan di kepalanya berusaha menggambarkan kondisi Bulan saat ini. Gifar menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan fikiran-fikiran negatif dari kepalanya dan mulai membaca surat yang kedua

Dear Gifar.
Maaf, aku sudah mengirimimu surat lagi padahal surat sebelumnya belum sempat kau balas. Tidak, aku tidak berharap kau membalasnya karena mungkin sekarang kau terlalu membenciku hanya untuk membalas suratku. Aku hanya ingin mencurahkan masalah yang sudah cukup lama ku pendam sendiri.
Tiga hari yang lalu mereka memukuli ku, aku bahkan tidak tau apa salahku. Entahlah apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini. Kemudian sejak kejadian pemukulan itu aku mulai tidak bisa merasakan apa yang ku makan. Kau tau?! Rasa asam saat kau mencicip cuka dan manis saat kau menjilat lolipop,juga rasa pedas dari saus. Dan rasa yang lainnya juga. Lebih tepatnya aku tidak bisa merasakan apapun.
Sekalipun aku tidak akan mendapatkan balasan surat darimu atau bahkan kau tidak pernah membaca suratku, aku tetap merasa lega karena sudah menceritakan masalahku, karena menyimpannya sendiri membuatku seakan hampir gila.

Gifar kembali menghela nafas. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menemui Bulan, mendatangi ke Alamat dimana Bulan mengirim suratnya. Gifar membuka buku agenda nya, melihat jadwal kuliah padat yang masih ia miliki untuk satu minggu kedepan yang kemudian di susul libur satu hari. Gifar melingkari tanggal hari libur tersebut dan menambahkan catatan kecil “check Bulan”

Seminggu kemudian di hari libur Gifar memulai perjalanannya menemui Bulan, Alamat di surat Bulan adalah sebuah rumah kontrakan berukuran sedang di sebuah perumahan yang nampak sepi ‘mungkin semua orang sedang sibuk bekerja’ fikir Gifar. Ia membunyikan bel dan beberapa kali mengucap salam namun tidak ada jawaban. Gifar mulai tak sabar dan memutar kenop pintu, pintunya tidak terkunci.
Gifar memasuki rumah dan memanggil Bulan beberapa kali, namun masih tidak ada jawaban hingga Gifar berhenti di depan sebuah kamar dengan pintu sedikit terbuka, perlahan Gifar mendorong pintu hingga terbuka sepenuhnya, pemandangan yang di lihat Gifar sungguh membuatnya shock. Dia disana,,,, Bulan Maharani, wanita yang meninggalkannya, mencampakkannya tanpa ampun dan menghianati kebaikan hatinya. Kini tergantung di langit-langit kamar, lehernya terikat selendang panjang berwarna merah, nampak sangat erat mengikat lehernya. Matanya yang dulu indah kini terbelalak lebar tampak kosong, mulutnya terbuka lebar dengan darah yang banyak keluar dari mulutnya nampak mengering di sekitar dagu dan lehernya, bahkan membasahi bagian depan gaun tidurnya yg berwarna putih hingga tampak kontras dengan warna merah darah. Sebuah kursi terguling di lantai dengan beberapa bercak darah dan....................potongan lidah Bulan.

Dan kisah ini pun berakhir. kisah ini mungkin terjadi di lingkungan sekitarmu, atau mungkin di tempat yang sangat jauh.
Kisah ini mungkin sedang dialami oleh teman dekatmu, mungkin juga keluargamu, atau bahkan bisa saja sedang kau alami sendiri. Jika benar begitu maka Saranku, cobalah memaafkan orang yang pernah menyakitimu.

FIRST LOVE: CINTA PERTAMA

hari ini, kolam renang... 16.00
masih terdengar suara riak air menandakan masih ada yang berlatih renang sore ini dimana seharusnya sudah tidak ada kegiatan disana. aku cuma berjalan malas menuju kolam sambil menyeret kaki ku. hari ini bukan hari dengan mood terbaik ku, setelah beberapa hari yang lalu pacarku, (sebut saja Haru) membicarakan tentang cinta pertamanya. tepat ketika selesai latihan ekstra d kolam sore itu dimana anggota klub renang lainnya sudah pulang, dia masih tinggal untuk mengasah free style-nya. seperti biasa, saat hendak keluar kolam renang aku selalu mengulurkan tangan ku padanya untuk membantunya keluar.

"hey, semua orang udah pulang, bisa ga sehari aja ga latihan ekstra?!" kataku, sambil membantunya keluar kolam renang dan melemparkannya handuk.

"hmmm. sebentar lagi kompetisi" ucap haru seraya tersenyum padaku dan mengeringkan rambutnya.

"tch!, kamu latihan ekstra bukan karena kompetisinya, tapi karena kamu emank suka renang" rutukku. aku duduk di bench membuat diriku nyaman sementara menunggunya berganti pakaian, namun kata-kata sebelum haru pergi ke ruang ganti untuk berpakaian membuatku kesal, sedih?, atau cemburu?, entahlah yang pasti ada sesuatu yg  menekan dadaku hingga sesak rasanya. 

"bukan, aku cuma suka air, dan cinta pertamaku yang bikin aku suka berenang" ucap haru kemudian menoleh kepada ku dan mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum menggoda.

sejak saat itu, aku tak berhenti bertanya-tanya soal cinta pertamanya. haru selalu mengalihkan pembicaraan atau bilang "kamu pacarku kan?! seharusnya sudah tau" untuk menutup pembicaraan soal cinta pertama itu. usahaku tak berhenti disitu saja, aku bertanya pada teman-temannya, yang sudah lama berteman dengan haru tapi mereka bilang kalau mereka tidak ingat dia pernah bercerita mengenai seorang perempuan yang dia sukai. memang banyak perempuan yang menyatakan cintanya pada haru saat SMP tapi dia tidak pernah menganggapnya serius. haru tidak pernah berubah, dia cuma perhatian pada satu hal yaitu BERENANG.

dan hari ini. puncaknya rasa penasaranku. aku tidak membantu haru keluar dari kolam seperti biasa, aku hanya duduk di bench sambil menunggu dia keluar kolam renang dan melemparkan handuk ke kepalanya.

"heiii.. apa-apaan barusan itu?" tanya haru kemudian mengeringkan rambutnya dengan handuk yang ku lempar.

"aku pulang duluan ya?! aku kesini cuma mau bilang, besok aku ga akan nunggu kamu selesai latihan sampe selarut ini cuma buat ngenang cinta pertamamu" ucapku seraya berjalan menuju pintu keluar. namun langkahku berhenti saat mendengar ucapan haru.

"wahhh mau duluan ya? sayang sekali yaaa.... padahal mau diajak menemui cinta pertamaku lho" ucap haru, senyuman menggoda kembali bermain di bibirnya. tanpa menunggu jawabanku berjalan menuju ruang ganti "tunggu yaa.. aku ganti baju, telepon orang tua mu, bilang kamu pulang agak malam"

Dan.... disini lah aku duduk d bus bersebelahan dengan haru. sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali,sesekali haru melirik ku dan menghela nafas keras-keras seolah minta perhatian. kami berhenti di sebuah halte, berjalan tidak terlalu jauh untuk menemukan sebuah pantai, air birunya kini kemerahan membentang membentuk sebuah horizon memantulkan cahaya langit senja itu.

cuma ada kami berdua, tidak ada orang disana. aku menatap haru dengan penuh tanda tanya, yang kutatap hanya tersenyum lembut dan memandang lautan yg membentang.

"ini, cinta pertamaku" ucapnya seraya memejampan matanya, menghirup aroma lautan dan membiarkan telinganya mendengar deburan ombak. aku masih diam, memandangnya bingung, menunggunya melanjutkan ceritanya.

"aku kemari sama ayah saat masih kecil, seketika itu juga aku jatuh cinta, kau tau?, warna birunya, aromanya, deburan ombaknya keras seolah air itu punya taring, namun air itu menggodaku, seolah dia merentangkan tangannya mengakjakku berlari ke pelukannya.

"saat itu aku percaya bahwa air itu hidup, saat aku menyelaminya aku merasakan taring dan tekanannya, tapi tidak ada yg perlu ku takutkan, yang aku tau, jangan menolak air, dan memasukan jariku ke dalam air, merasakannya menerpa kepalaku, dadaku dan tubuhku. saat itu aku berfikir bahwa aku menikmatinya, aku menyukainya" kemudian matanya menatap mataku lekat. aku masih menunggunya melanjutkan ceritanya

"seperti itu juga kesan yang kudapat saat pertama melihatmu, melihat kedalam matamu, seolah mereka menggodaku untuk menyelaminya, namun, tidak seperti laut dan air yang bisa kubagi dengan orang lain. aku tidak ingin membagimu dengan orang lain, tidak ingin orang lain merasakan godaan keindahannya, merasakan sensasi adrenalinnya, dan merasakan tantangan untuk menyelami tatapanmu. aku cuma mau menyimpanmu untuk diriku sendiri" dia tersenyum, senyuman yang sama yang membuatku jatuh hati padanya. entah kenapa aku seperti melihat laut pada dirinya, keindahannya, adrenalinnya, dan semua itu milikku sendiri...

aku masih tak bicara, cairan asin dan hangat mengalir dipipiku, yg aku ingat aku merasakan tangannya yang menepuk lembut kepalaku sedangkan tangannya yg lain memeluk ku dan telingaku mendengar degupan jantung, tapi bukan degupan jantungku, degupan jantungnya saat aku menempelkan kepalaku di dadanya. selanjutnya yg aku dengar suaraku sendiri, terisak sambil menggumamkan kata "maaf, maaf, maaf"

Cerpen Horror : MIMPI BURUK Part 2

penangkapan arga di apartemennya di beritakan di televisi, menurut penuturan reporter Arga memanggil kedua korban ke apartemennya kemudian memukul kepala kedua korban hingga tewas dengan tongkat basseball. 

ren tentu saja tidak menyangka dan sangat terkejut dengan kejadian ini, hingga ia memutuskan untuk menemui Arga di penjara.

arga dan ren duduk berhadapan di batasi sebuah kaca tembus pandang, arga sama sekali tidak berubah, senyumnya masih seceria dulu.
"kenapa kak arga melakukan ini?" tanya ren lirih. arga tersenyum mencondongkan tubuhnya untuk melihat wajah ren lbh jelas
"aku ingin melindungimu" jawab arga, sEketika kerutan muncul d antara kedua alisnya, tatapannya nampak memohon "aku mohon ren, hiduplah dengan baik mulai sekarang, dan kunjungilah psikiater, terkadang kau mimpi buruk bukan?!" lanjutnya. "aku tidak mengerti maksud kakak" jawab ren kemudian pergi meninggalkan penjara. ia sama sekali tidak mendapat apa yg ia cari disana. mungkin malam nanti ia akan menyelinap masuk ke TKP untuk mencari petunjuk.

pukul 2 dini hari ren berdiri di tengah ruangan tempat kejadian perkara yaitu ruang tamu apartemen arga. semuanya tampak biasa saja. ren mengitari apartemen itu, bahkan membuka lemari es ukuran jumbo tempat menyimpan mayat anto dan akbar ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"kamu tidak lihat police line d depan pintu?" tanya orang tersebut.
"anda siapa? saya tetangga sebelah apartemen ini, saya hanya penasaran" jawab ren
"saya Tamsudi, saya yg bertanggung jawab menyelidiki kasus ini" ucap pria tersebut "bisa kita bicara di luar?" sambungnya

ren dan tamsudi duduk bersama di lounge dengan secangkir kopi masing masing. tamsudi mulai menceritakan tentang keanehan dalam kasus yg dia tangani, mulai dari TKP yg janggal hingga barang bukti yg tidak sinkron. Arga mengakui telah membunuh kedua korban d ruang tamu apartemennya dengan memukul kepala kedua korban hingga hancur. menurut penuturan ahli forensik pemukulan ini akan mengakibatkan banyaknya ceceran darah, namun d TKP setelah melakukan tes dengan cairan luminol d seluruh ruangan tidak ada darah sama sekali, yg lebih mengherankan tersangka memiliki banyak pemukul baseball d apartemennya namun ia menggunakan pemukul baseball milik orang lain. tamsudi mengeluarkan fto barang bukti dari saku jaketnya dan menunjukannya pada ren. di pangkal pemukul baseball tersebut terukir tiga buah huruf "REN"

ren menatap heran pada foto tersebut, memang benar pemukul itu miliknya, tapi untuk apa Arga meminjam pemukul milik ren saat ia sendiri punya banyak.

"pemikiran ku, sepertinya untuk alasan tertentu arga memindahkan TKP nya" ucap tamsudi, matanya menatap lurus wajah ren, membaca setiap ekspresinya. "besok aku akan kembali untuk memeriksa apartemenmu dengan cairan luminol setelah surat perintah penggeledahan keluar" lanjutnya kemudian pergi meninggalkan ren sendiri.

keesokan harinya apartemen ren di periksa dan ada reaksi luminol di meja dan lantai ruang tamu ren. ren mengungsi ke rumah orang tuanya karena apartmennya di pasang police line.

malam itu, di penjara interogasi untuk kesekian kalinya di lakukan lagi terhadap arga, arga dan tamsudi duduk berhadapan di sebuah meja kayu.
"apa yg kamu sembunyikan?" tanya tamsudi to the point. arga gemetar tekanan sudah benar benar membuat psikisnya goyah.
"sebenarnya apa yg ingin anda ketahui?" tanya arga, kepalanya tertunduk mencoba menyembunyikan genangan airmata d matanya.
"kenapa kau memindahkan TKP nya?" tanya tamsudi, nafas arga tercekat seketika, jantungnya berpacu lebih cepat, ketakutan semakin memeluknya erat.
"tidak, tidak, lebih tepatnya aku ingin bertanya, kenapa kau mengakui pembunuhan yg dilakukan orang lain?" lanjut tamsudi, arga mengangkat wajahnya menatap tamsudi, mulutnya belum bisa berkata apapun. "kau tau arga, kau bisa menceritakan apapun padaku, aku janji akan membantumu" ucap tamsudi bangkit dari duduknya dan mencengkram bahu arga. seketika tangisnya pecah, dan arga menceritakan semua kejadian malam itu

ketika tiba2 ren muncul dengan tongkat baseball dan menghantam kepala anto dan akbar berkali-kali, kemudian arga yg panik membuat ren pingsan dengan memukul tengkuknya. arga memindahkan mayat kedua korban dengan menyeretnya diatas plastik sampah menghindari ceceran darah dan menyembunyikannya dalam kulkas apartemennya, menghapus sidik jari pada pemukul baseball dan membawanya ke apartemennya, serta membersihkan ceceran darah d apartemen ren dan membaringkan ren di ranjangnya.

"seperti yg kuduga, kasus ini tidak se sepele kelihatannya" ucap tamsudi, tangannya merangkul arga berusaha meredakan tangisannya yg semakin menjadi. "kenapa kamu melakukan hal ini nak?"

"aku, aku terlalu menyayangi ren, saat aku berpapasan d gang sempit ketika ia membunuh dua orang preman. kasus pemukulan 4 bulan lalu. ren lah pelakunya, saat aku bertanya keesokan harinya di kampus apa yg ia lakukan semalam dia bilang dia tidak ingat dan ia bermimpi buruk telah membunuh 2 orang, dia tidak melakukan pembunuhan dengan sadar pak, dia khilaf, kumohon tolong dia" tutur arga "orang yg ada di sekitarnya mungkin dalam bahaya, maka dari itu aku selalu menguntitnya kemanapun ia pergi, mencegah hal itu terjadi lagi, karena itu aku selalu ada saat ia keaulitan"

"tenang lah nak, jika penuturanmu benar, kemungkinan keluarganya dalam bahaya sekarang, karena dia menginap di rumah orang tua nya malam ini" ucap tamsudi yg kemudian bersama beberapa aparat menuju ke kediaman keluarga ren.

sementara itu d kamar ren terbangun, ia mimpi buruk, ia keluar dari kamar menuju dpur iuntuk minum segelas air agar lebih tenang, namun saat melewati kamar orang tuanya yg pintunya sedikit terbuka, ren penasaran dan membuka pintunya, seketika mata ren terbelalak, terkejut melihat pemandangan di depannya, ayah dan ibunya beraimbah darah dengan luka tusukan disana sini, saat itu juga ren mendenfar suara sirine di depn rumah nya dan beberapa ketukan di pintu rumah, ren berlari menuju pintu rumah yang kemudian dibuka paksa polisi, ren berlari ke arah para polisi untuk meminta perlindungan, namun polisi tersebut malah mengarahkan pistolnya pada ren, dan tamsudi mengarahkan kedua telapak tanganya pada ren, seolah memintanya menjauh, memintanya berhenti mendekat.

"tenangkan dirimu nak, letakan pisau itu pelan-pelan" ucap tamsudi ren kebingungan kemudian melihat tangannya sendri yg memegang pisau tanpa ia sadari dan gaun tidurnya yg bersimbah darah.


mungkin kau harus mengingat apa yg kau lakukan malam tadi apabila tiba2 seseorang bertanya padamu "hai, apa yg kau lakukan semalam, apa kau bermimpi buruk?"

cepen Horror : MIMPI BURUK Part 1

sebelum membaca kisah ini, aku peringatkan kalian, ini bukan kisah yg biasa kalian temui dalam dongeng atau kisah romantis film. aku harap kalian tidak berharap untuk mendapat happy ending dalam cerita ini. 

ini adalah kisah tentang seorang gadis yg tngah mnempuh ilmu d sebuah perguruan tinggi, ya sebut saja namanya Ren. kini ia tinggal sendiri di sebuah gedung apartemen tak jauh dari kampus, karena ini kisah cinta tentu akan ada seorang pria dalam kisah ini, sebut saja namanya Arga. Arga tinggal d apartemen di sebelah apartemen Ren. mereka sering bertatap muka tanpa sengaja entah saat keluar untuk lari pagi atau mengambil surat di lobi. sekali lagi karena ini kisah cinta tentu akan ada rasa cinta diantara mereka, atau setidaknya pada salah satu diantara mereka. Ren menyukai Arga sejak pertama kali sekelompok dalam satu proyek kerja di kampusnya. mereka tidak pernah mengobrol lama, hanya sebetas tugas kelompok bahkan mereka tidak saling bertukar nomer ponsel.

satu hari di pertengahan maret hujan turun lebat ketika Ren sedang belanja di sebuah mini market yang tidak jauh dari apartemennya. tanpa membawa payung Ren hanya bisa menunggu hujan reda di depan mini market tersebut ketika seseorang menyodorkan sebuah payung padanya, ya itu Arga, dengan membawa 2 buah payung untuknya sendiri dan untuk Ren, Arga tersenyum riang. senyumannya seperti matahari tersendiri untuk Ren. Ren mengambil payung tersebut dan berjalan pulang bersama Arga. Ren terlalu senang hingga dia tidak menyadari adanya keanehan dalam kejadian ini. entahlah, kalian pasti paham semua terasa indah saat bersama orang yang kalian suka bukan?!

beberapa hari kemudian sepulang dari les balet Ren pulang cukup larut hingga ia memutuskan untuk menggunakan jalan pintas. disinilah tiba saat beberapa preman menghadangnya. namun entah drmn datangnya Arga ada disana untuk membantunya "lagi". dan lagi-lagi ren terlalu lega dan senang hingga ia tak menyadari kenjanggalannya. tak hanya saat itu, jika ia dalam kesulitan Arga selalu berada disana untuk membantunya, selalu...

hingga di akhir semester Arga dan Ren mendapatkan tugas kelompok bersama lagi. kini tidak hanya berdua melainkan dengan 2 teman mereka yang lain. sebut saja namanya Anto dan Akbar. mereka pun berjanji untuk mengerjakan tugas bersama di apartemen Ren malam ini.

pukul 7 semua anggota kelompok telah berkumpul di apartemen ren. di pertengahan kerja kelompok ren meninggalkan mereka sebentar untuk mandi. ketika obrolan ini berlangsung

"hei ga, mau liat yg bagus ga?" tanya anto setengah berbisik pada Arga. arga yg tampak bingung hanya mengangguk. "kasih liat dia bar" akbar mengeluarkan ponselnya dan menunjukan foto2 ren tanpa busana. Arga terkejut setengah mati begitupun seseorang yg tiba2 telah berdiri di belakang Akbar dan Anto.

kejadian setelahnya akan ku ceritakan di akhir cerita, sepertinya aku sedang tidak mood menulisnya sekarang.

keesokan hArinya Ren terbangun d ranjangnya ia bermimpi buruk. namun ia tidak ingin terlalu memikirkannya. beberapa hari kemudian kampus di gegerkan dengan berita menghilangnya Anto dan Akbar. polisi datang ke kampus dan menginterogasi beberapa mahasiswa dan dosen. termasuk ren dan Arga. ren yg tidak terlalu ingat kejadian malam terakhir terlihatnya Akbar dan Anto hanya menceritakan kembali yg di ceritakan Arga padanya bahwa Ren tertidur saat kerja kelompok usai saat Anto dan Akbar pulang. investigasi masih berlanjut hingga seminggu kemudian penangkapan Arga di apartemennya oleh aparat kepolisian.

TBC to be continued