Thursday 5 March 2015

Cerpen Horror : MIMPI BURUK Part 2

penangkapan arga di apartemennya di beritakan di televisi, menurut penuturan reporter Arga memanggil kedua korban ke apartemennya kemudian memukul kepala kedua korban hingga tewas dengan tongkat basseball. 

ren tentu saja tidak menyangka dan sangat terkejut dengan kejadian ini, hingga ia memutuskan untuk menemui Arga di penjara.

arga dan ren duduk berhadapan di batasi sebuah kaca tembus pandang, arga sama sekali tidak berubah, senyumnya masih seceria dulu.
"kenapa kak arga melakukan ini?" tanya ren lirih. arga tersenyum mencondongkan tubuhnya untuk melihat wajah ren lbh jelas
"aku ingin melindungimu" jawab arga, sEketika kerutan muncul d antara kedua alisnya, tatapannya nampak memohon "aku mohon ren, hiduplah dengan baik mulai sekarang, dan kunjungilah psikiater, terkadang kau mimpi buruk bukan?!" lanjutnya. "aku tidak mengerti maksud kakak" jawab ren kemudian pergi meninggalkan penjara. ia sama sekali tidak mendapat apa yg ia cari disana. mungkin malam nanti ia akan menyelinap masuk ke TKP untuk mencari petunjuk.

pukul 2 dini hari ren berdiri di tengah ruangan tempat kejadian perkara yaitu ruang tamu apartemen arga. semuanya tampak biasa saja. ren mengitari apartemen itu, bahkan membuka lemari es ukuran jumbo tempat menyimpan mayat anto dan akbar ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"kamu tidak lihat police line d depan pintu?" tanya orang tersebut.
"anda siapa? saya tetangga sebelah apartemen ini, saya hanya penasaran" jawab ren
"saya Tamsudi, saya yg bertanggung jawab menyelidiki kasus ini" ucap pria tersebut "bisa kita bicara di luar?" sambungnya

ren dan tamsudi duduk bersama di lounge dengan secangkir kopi masing masing. tamsudi mulai menceritakan tentang keanehan dalam kasus yg dia tangani, mulai dari TKP yg janggal hingga barang bukti yg tidak sinkron. Arga mengakui telah membunuh kedua korban d ruang tamu apartemennya dengan memukul kepala kedua korban hingga hancur. menurut penuturan ahli forensik pemukulan ini akan mengakibatkan banyaknya ceceran darah, namun d TKP setelah melakukan tes dengan cairan luminol d seluruh ruangan tidak ada darah sama sekali, yg lebih mengherankan tersangka memiliki banyak pemukul baseball d apartemennya namun ia menggunakan pemukul baseball milik orang lain. tamsudi mengeluarkan fto barang bukti dari saku jaketnya dan menunjukannya pada ren. di pangkal pemukul baseball tersebut terukir tiga buah huruf "REN"

ren menatap heran pada foto tersebut, memang benar pemukul itu miliknya, tapi untuk apa Arga meminjam pemukul milik ren saat ia sendiri punya banyak.

"pemikiran ku, sepertinya untuk alasan tertentu arga memindahkan TKP nya" ucap tamsudi, matanya menatap lurus wajah ren, membaca setiap ekspresinya. "besok aku akan kembali untuk memeriksa apartemenmu dengan cairan luminol setelah surat perintah penggeledahan keluar" lanjutnya kemudian pergi meninggalkan ren sendiri.

keesokan harinya apartemen ren di periksa dan ada reaksi luminol di meja dan lantai ruang tamu ren. ren mengungsi ke rumah orang tuanya karena apartmennya di pasang police line.

malam itu, di penjara interogasi untuk kesekian kalinya di lakukan lagi terhadap arga, arga dan tamsudi duduk berhadapan di sebuah meja kayu.
"apa yg kamu sembunyikan?" tanya tamsudi to the point. arga gemetar tekanan sudah benar benar membuat psikisnya goyah.
"sebenarnya apa yg ingin anda ketahui?" tanya arga, kepalanya tertunduk mencoba menyembunyikan genangan airmata d matanya.
"kenapa kau memindahkan TKP nya?" tanya tamsudi, nafas arga tercekat seketika, jantungnya berpacu lebih cepat, ketakutan semakin memeluknya erat.
"tidak, tidak, lebih tepatnya aku ingin bertanya, kenapa kau mengakui pembunuhan yg dilakukan orang lain?" lanjut tamsudi, arga mengangkat wajahnya menatap tamsudi, mulutnya belum bisa berkata apapun. "kau tau arga, kau bisa menceritakan apapun padaku, aku janji akan membantumu" ucap tamsudi bangkit dari duduknya dan mencengkram bahu arga. seketika tangisnya pecah, dan arga menceritakan semua kejadian malam itu

ketika tiba2 ren muncul dengan tongkat baseball dan menghantam kepala anto dan akbar berkali-kali, kemudian arga yg panik membuat ren pingsan dengan memukul tengkuknya. arga memindahkan mayat kedua korban dengan menyeretnya diatas plastik sampah menghindari ceceran darah dan menyembunyikannya dalam kulkas apartemennya, menghapus sidik jari pada pemukul baseball dan membawanya ke apartemennya, serta membersihkan ceceran darah d apartemen ren dan membaringkan ren di ranjangnya.

"seperti yg kuduga, kasus ini tidak se sepele kelihatannya" ucap tamsudi, tangannya merangkul arga berusaha meredakan tangisannya yg semakin menjadi. "kenapa kamu melakukan hal ini nak?"

"aku, aku terlalu menyayangi ren, saat aku berpapasan d gang sempit ketika ia membunuh dua orang preman. kasus pemukulan 4 bulan lalu. ren lah pelakunya, saat aku bertanya keesokan harinya di kampus apa yg ia lakukan semalam dia bilang dia tidak ingat dan ia bermimpi buruk telah membunuh 2 orang, dia tidak melakukan pembunuhan dengan sadar pak, dia khilaf, kumohon tolong dia" tutur arga "orang yg ada di sekitarnya mungkin dalam bahaya, maka dari itu aku selalu menguntitnya kemanapun ia pergi, mencegah hal itu terjadi lagi, karena itu aku selalu ada saat ia keaulitan"

"tenang lah nak, jika penuturanmu benar, kemungkinan keluarganya dalam bahaya sekarang, karena dia menginap di rumah orang tua nya malam ini" ucap tamsudi yg kemudian bersama beberapa aparat menuju ke kediaman keluarga ren.

sementara itu d kamar ren terbangun, ia mimpi buruk, ia keluar dari kamar menuju dpur iuntuk minum segelas air agar lebih tenang, namun saat melewati kamar orang tuanya yg pintunya sedikit terbuka, ren penasaran dan membuka pintunya, seketika mata ren terbelalak, terkejut melihat pemandangan di depannya, ayah dan ibunya beraimbah darah dengan luka tusukan disana sini, saat itu juga ren mendenfar suara sirine di depn rumah nya dan beberapa ketukan di pintu rumah, ren berlari menuju pintu rumah yang kemudian dibuka paksa polisi, ren berlari ke arah para polisi untuk meminta perlindungan, namun polisi tersebut malah mengarahkan pistolnya pada ren, dan tamsudi mengarahkan kedua telapak tanganya pada ren, seolah memintanya menjauh, memintanya berhenti mendekat.

"tenangkan dirimu nak, letakan pisau itu pelan-pelan" ucap tamsudi ren kebingungan kemudian melihat tangannya sendri yg memegang pisau tanpa ia sadari dan gaun tidurnya yg bersimbah darah.


mungkin kau harus mengingat apa yg kau lakukan malam tadi apabila tiba2 seseorang bertanya padamu "hai, apa yg kau lakukan semalam, apa kau bermimpi buruk?"

No comments:

Post a Comment